Misalnya saja tampilan streetfighter ala bengkel Platinum, Pontianak ini. "Awalnya ingin coba custom kaki-kaki, tapi selain memakan waktu, juga khawatir hasilnya kurang optimal," buka Johan Fui, sang modifikator. Alhasil dia lebih sip dan tenang setelah memutuskan menggunakan kaki-kaki copotan Ducati.
"Sebab konsep yang ingin ditiru Ducati Streetfighter, makanya limbahnya juga harus dari pabrikan Italia itu," lanjutnya. Tapi, untuk memasang lengan ayun tunggal yang menjadi ciri khas Ducati, tetap harus ada ubahan pada konstruksi rangka.
"Hal itu karena arm ini lebar, sedang-kan rangka yang menjadi pegangannya kalah lebar. Karena itu harus buat rangka baru yang lebih lebar supaya bisa memegang rangka dengan baik dan kokoh," tambah ayah 1 anak ini.
Artinya Ilham si pemilik motor ini lebih rela kalau rangka yang 'dirusak' daripada arm. Maklum saja ini termasuk barang mahal, konon harga arm lengkap dengan pelek tidak kurang dari Rp 25 juta.
Teknik yang dilakukan oleh Johan dimulai dengan memotong rangka. "Baru kemudian dibuatkan rangka baru yang memiliki lebar 3 cm. Setelah itu baru kemudian arm bisa masuk dan dipasang sempurna," ungkap pemilik bengkel dari Jl. Podomoro No. 64B, Pontianak ini.
Begitu juga dengan rangka atas untuk pegangan monosok. "Sistem unitrack arm ini terbalik, jika umumnya di bawah maka kali ini ada di atas. Karena itu harus membuat ulang pegangan sok," beber Johan yang sekarang menggunakan bahan pipa berdiamater 10 mm.
Kelar di urusan pemasangan arm ini maka tidak ada lagi rombakan yang dirasa terlalu berarti. "Biar aksen Ducatinya lebih dapat maka dibuatkan semacam del-tabox tubular. Bahan yang dipakai menggunakan pipa diameter 2 mm," tambah Johan yang merasa pas menyasar konsep Ducati dengan menggunakan limbah Ducati juga. Sip! (motorplus-online.com)
Johan termasuk builder yang lebih percaya dan yakin menggunakan fiberglas dibanding pakai pelat. "Dibentuknya lebih gampang dan juga bisa digunakan sebagai kondom untuk beberapa bagian motor," kata pria 28 tahun ini.
Misalnya saja saat mendesain ulang tangki. "Dibuat pakai fiber dijadikan kondom mati. Di dalamnya masih menggunakan tangki aslinya," rinci Johan yang juga bilang kalau desain kondom meniru bentuk Ducati.
Langkah yang hampir mirip juga dilakukan pada lampu utama. Aslinya ini adalah lampu Yamaha Byson. "Tapi, kita beri cover sehingga bentuknya menjadi lebih besar dan jadi lebih macho," katanya.
Bodi belakang juga dari fiber. Tapi kali ini tidak menggunakan sistem kondom. Desainnya mengikuti garis bodi yang dimulai dari tangki tadi.
Writen by : http://motorplus.otomotifnet.com/read/2011/05/26/319664/100/10/Kawasaki-Ninja-250R-Pilihan-Pas
No comments:
Post a Comment