Dengan penuh percaya diri, Topo menjelaskan kalau aliran untuk motor ini bisa disebut streetfighter minimalis. Apa pula ini? "Karena motor ini dipakainya di Jakarta yang macet, pakai fairing rasanya enggak pas. Karena itu dicopot tapi memang ubahannya betul total di semua bagian," kata pria penuh semangat ini.
Tentu saja pengerjaan tidak cukup hanya copot fairing standar. "Tapi, harus dibuatkan lagi semacam bodi kit yang dipasang untuk membuat tampilan motor lebih harmonis," cuap ayah 1 anak ini.
Misalnya saja di sisi kiri dan kanan sekarang dibuatkan semacam airscoop atau sayap kecil. "Supaya di sisi itu tidak kosong. Dengan pemasangan komponen seperti ini masih tetap streetfighter kok," cuap pebengkel di Jl. Jagarkasa Raya No. 15, Jakarta Selatan ini.
Seperti biasa pula, Topo pasti membuatnya dengan menggunakan pelat galvanis. Ketebalannya 0,8 mm. Bentuknya runcing dan bersiku. "Bentuk seperti itu mengesankan dinamis," alasannya.
Motor milik dr. Rudi Hutagalung yang juga seorang anggota marinir ini juga sudah dibuatkan semacam engine guard pada bagian bawah. Ini dilakukan untuk mengisi kekosongan di sektor mesin.
Sayang berjuta sayang, kaki-kaki masih dipertahankan mengandalkan kom-ponen standar. Memang sudah pakai ukuran lumayan, seperti ban belakang yang menggunakan profil 140/70-17. Tapi, tetap aja, kalau menurut MOTOR Plus memang masih kurang terlihat gahar. "Memang saya akui kalau proyek ini masih berlanjut. Berikutnya fokus garap kaki-kaki. Bertahap," bilang Topo malu-malu. (motorplus-online.com)
No comments:
Post a Comment